4.Proses Pengolahan
4.1.Bahan Baku
Bahan baku tentunya mempunyai
persyaratan masing-masing untuk diterimanya pada suatu industry. Adapun
persyaratan bahan baku yang diterima oleh adalah :
1. Bahan baku yang diterima adalah Ikan Marlin beku.
2. Ikan yang akan diolah harus bersih, segar, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan.
3. Ikan yang memngalami kontaminasi atau dianggap barasal dari sisa penolahan, tidak boleh diolah untuk tujuan makanan manusia (PT. MPI,2008).
2. Ikan yang akan diolah harus bersih, segar, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan.
3. Ikan yang memngalami kontaminasi atau dianggap barasal dari sisa penolahan, tidak boleh diolah untuk tujuan makanan manusia (PT. MPI,2008).
Bahan baku yang diterima oleh adalah
ikan Marlin beku yang berbentuk GG (Gilled and Gutted). Bahan baku
tersebut didatangkan dari Jakarta yang kemudian diangkut dengan
menggunakan containers. Setelah ikan tiba di perusahaan langsung
dilakukan pembongkaran dan pengecekan suhu ikan dengan menggunakan
thermometer digital oleh Quality Control, tujuannya untuk mengetahui
kenaikan suhu ikan selama pengangkutan. Adapun standar suhu ikan yang
diterima untuk bahan baku dalam bentuk beku adalah -18ºC/0ºF atau
dibawahnya.
Setelah pembongkaran, ikan selanjutnya
dicuci dengan cara menyikat seluruh bagian tubuh ikan dengan hati-hati,
kemudian disiram dengan menggunakan air mengalir yang mengandung
Chlorin 50 ppm. Tujuan pencucian disini adalah menghilangkan kotoran
pada saat pembongkaran dan mencegah peluang berkembangnya bakteri
phatogen. Air yang digunakan untuk kegiatan pengolahan harus memenuhi
persyaratan air minum dan secara kontinyu di periksa ke laboratorium
yang telah diakreditasi oleh pemerintah (Awan,2008).
4.2.Pemfilletan (Cutting 1)
Sebelum pemotongan, alat pemotong (band
saw) terlebih dahulu disiram dengan air mengalir yang mengandung
Chlorin 50 ppm, untuk mencegah kontaminasi antara alat dan ikan.
Selanjutnya alat pemotong (band saw) dikeringkan dengan menggunakan
alat pengering. Pemotongan dilakukan dengan cara ikan diletakkan diatas
meja pemotongan, kemudian dilakukan pemotongan dengan cara membujur
dimulai dari kepala hingga ke ekor sehingga menghasilkan dua belahan
yang sama. Pemotongan dilakukan dengan hati-hati karena selain
mengandung resiko yang tinggi, juga hasilnya tidak begitu baik. Oleh
karena itu pengerjaanya dilakukan oleh orang yang berpengalaman
(Awan,2008).
4.3.Penimbangan I (Weighing 1)
Penimbangan dilakukan dengan
menggunakan timbangan digital ukuran 60 kg yang dikalibrasi secara
berkala untuk mendapatkan hasil timbangan yang akurat. Adapun tujuan
penimbangan disini adalah untuk mengetahui sizenya agar mudah
dikelompokkan (Awan,2008).
4.4.Pembentukan Steak
Sebelum dilakukan pemotongan, alat
pemotong harus dalam keadaan bersih. Setelah itu hasil pemotongan
pertama dipotong kembali dengan cara melintang. Kemudian hasil
pemotongan tersebut kembali di potong menjadi dua bagian yang sama
besar. Proses pemotongan dilakukan dengan hati-hati dan dikerjakan oleh
operator yang berpengalaman agar steak yang dihasilkan ukurannya sama
(Awan,2008).
4.5.Perapian I
Sebelum dirapikan, steak hasil
pemotongan diusap dengan menggunakan spon basah terlebih dahulu,
kemudian dirapihkan dengan cara membuka tulang dan daging hitamnya
(dark Meat), dengan menggunakan pisau stainless yang tajam. Perapihan
dilakukan dengan cepat dan tepat dangan tetap mempertahankan rantai
dingin agar suhu pusat ikan tidak naik (Awan,2008).
4.6.Penimbangan II
Untuk mengetahui berat masing-masing
steak maka perlu dilakukan penimbangan, alat panimbangan yang digunakan
yaitu timbangan digital ukukran 60 kg yang telah dikalibrasi secara
rutin. Penimbangan dilakukan dengan hati-hati, cepat,tepat serta
mempertahankan rantai dingin dan hasilnya dicatat oleh petugas yang
ahli dan berpengalaman.
Setelah ditimbang, steak lalu
dimasukkan ke dalam kantong plastik jenis Union dan bebas dari kotoran
dan debu untuk mencegah kontaminasi antara ikan dengan plastik.
Pengisian steak kedalam plastik dengan sangat hati-hati dan dilapisi
dengan spon, agar memudahkan penetrasi gas CO, serta mencegah
melengkungnya steak pada saat dikeluarkan dari ruangan
pendingin(chilling room).
Steak yang telah dimasukkan kedalam
plastik, kemudian disemprotkan gas CO selanjutnya plastik diikat dan
disimpan dalam chilling room. Tujuan pamberian gas CO adalah untuk
memberi kenampakan pada steak sehingga warna steak tampak cerah dan
cemerlang. Penyemprotan gas CO harus dilakukan oleh orang yang
betul-betul berpengalaman karena selain resikonya tinggi juga volume
semprotannya tidak sama yang menyebabkan hasil penyemprotan tidak
sempurna (Awan,2008).
4.7.Penyimpanan dalam ruang Chilling
Setelah penyemprotan gas CO, steak
dimasukkan kedalam ruang chilling dan disusun rapi diatas rak dan
diurut berdasarkan tanggal masuknya. Penyimpanan dalam ruang chilling
dilakukan selama 24 jam, dengan suhu -2ºC sampai 0ºC. Ruangan chilling
yang digunakan harus bersih dan suhunya harus di cek setiap satu jam
oleh Qualty Control untuk mencegah terjadinya fluktuasi suhu. Adapun
tujuan penyimpanan steak dalam ruang chilling yakni, agar gas CO
menyerap secara sempurna (Awan,2008).
4.8.Perapihan Ulang
Perapihan ulang (Retaucing)adalah
perapihan kembali daging ikan yang meliputi pengeluaran dari kantong
plastik, perapihan, penimbangan dan terakhir adalah vakum Adapun
tahapan Retuching adalah :
a. Pengeluaran dari Plastik
Steak yang disimpan dalam ruangan chilling, kemudian dikeluarkan untuk diganti plastik vakum yang baru dan bebas dari kotoran.
b. Perapiahan Ulang
Perapihan ini dilakukan dengan tujuan
untuk merapihkan bentuk, manghilangkan sisa daging gelap yang masih
tersisa dan untuk mendapatkan steak yang bersih dan bentuknya lebih
bagus serta sesuai dengan standar.
c. Penimbangan
Penimbangan disini bertujuan untuk
mengetahui berat masing-masing steak yang sudah dirapihkan dengan
menggunakan timbangan digital ukuran 60 kg, dengan cara hati-hati dan
tetap mempertahankan rantai dingin.
d. Pengemasan
Setelah penimbangan steak tersebut selanjutnya dimasukkan dalam plastik jenis polyethylene yang sudah diberi label.
e. Pemvakuman
Steak yang sudah dikemas selanjutnya di
susun dalam mesin vacum sealing yang baroperasi secara otomatis dengan
tekanan 1atm Selama 5 detik. Tujuan dari pemvakuman adalah untuk
menghampakan udara agar bakteri yang sifatnya aerobic pertumbuhannya
dapat dicegah, maka dari itu hasilnya harus dipastikan tidak terdapat
gelembung udara, selain itu juga dapat mencegah terjadinya dehidrasi
pada produk yang akan di bekukan
4.9.Pembekuan
Sebelum dilakukan pembekuan, ABF (Air
Blazt Freezer) yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan
tidak boleh terdapat air pada saat ABF dioperasikan. Steak yang selesai
divakum kemudian ditata rapi di atas pan dan selanjutnya pan di susun
dalam rak pembekuan dengan suhu awal ABF -20ºC. Setelah penyusunan pan
dalam rak pembekuan, maka ABF diopersikan hingga mencapai suhu -40ºC
selama ± 6 jam (Awan,2008).
4.10. Pengepakan dan pelabelan
Setelah produk berada dalam ABF selama
± 6 jam, kemudian pan dilepaskan dari rak pembekuan dan produk di
pisahkan berdasarkan sizenya dan sebelum di susun di dalam MC (Master
Carton) produk satu per satu dilewatkan dibawah Metal Detector untuk
mamastikan ada tidaknya kandungan logam di dalam produk Marlin steak
beku. Setelah itu produk disusun di dalam master karton yang dilapisi
dengan palstik gelembung dan diberi label tentang produk yang di kemas.
Pada MC (Master Carton) label sesuai spesifikasi produk seperti : berat
bersih, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, dan lain-lain. Setiap MC
(Master Carton) beratnya 10 lbs (4.54 kg), pelabelan dilakukan dengan
sangat hati-hati agar tidak terjadi salah label (Awan,2008).
4.11. Penyimpanan dingin
Steak yang telah diberi label, dikemas
dan dimasukkan kedalam ruang penyimpanan dingin (Cold Storage) dengan
suhu -25ºC atau dibawahnya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penyimpanan produk dalam ruangan pendingin yaitu, hindari melempar
karton pada saat penyusunan karena hal tersebut dapat menyababkan
kerusakan fisik pada karton dan sebelum karton disusun, lantai ruangan
pendingin(Cold Storage) harus dilapisi pallet. Ruang pendingin harus
dalam keadaan bersih dan di lakukan pengontrolan suhu setiap satu jam
oleh Quality Control atau teknisi mesin (Awan,2008).
4.12. Pemuatan
Setelah ada permintaaan Buyer maka
produk dimuat dalam Container, dan sebelum digunakan, Container
dibersihkan terlebih dahulu dan selanjutnya diturunkan suhunya hingga
mencapai -18ºC atau dibawahnya. Penaganan yang buruk akan manimbulkan
kerusakan fisik pada karton. Untuk itu pemuatan dikerjakan secara
hati-hati. Perhatikan garis batas pada Container pemuatan tidak boleh
melampaui garis tersebut (Awan,2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar